Alam yang Menyatukan

Alam yang Menyatukan



Lam Ara Eungkit adalah sebuah Gampong di Samahani, Kecamatan Kuta Malaka, aceh Besar. Lam Ara Eungkit, selain keindahan dan keakraban desanya, disini terlahir anak-anak yang penuh dengan kesederhanaan, anak-anak yang istimewa, kebersamaan yang muncul seolah mengulang kembali kenangan masa kecil di era 90an. 

Lam Ara Eungkit adalah sebuah desa yang masih asri dan anak-anak di desanya memiliki cinta yang kuat terhadap alam. Disini setiap anak saling bercengkrama, mencari lahan untu bermain dan bergenggaman tangan, tertawa untuk hal-hal yang sederhana, kompak antara satu dan lainnya. Tak ada gadget di tangannya, Alam merupakan tabungan berharga bagi kehidupan  sehat anak-anak di desa ini. Berbaur dengan alam adalah hal yang menunjukkan efek-efek positif pada anak, seperti pemecahan masalah, berpikir kritis dalam pengambilan keputusan, lebih efisiennya lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul dan bermain serta lingkugan sekitar.

Waktu di alam bukanlah waktu senggang, melainkan investasi penting dalam kesehatan anak-anak, kualitas paparan alam sangat mempengaruhi kesehatan anak-anak. Masyarakat juga turut andil dalam masalah perkembangan anak, masyarakat merupakan lingkungan tempat tinggal anak. Anak yang tinggal di daerah terpencil akan sangat berbeda dengan anak yang tinggal di daerah perkotaan, dimana teknologi terus berkembang dengan pesat.

Namun disini terdapat keunikan dan kelebihan dari anak-anak di desa lam Ara Eungkit, Teman sebaya juga mempunyai peran yang cukup penting, karena anak cenderung akan melakukan hal-hal yang dilakukanoleh teman-teman sebayanya. Bergaul dengan teman sebaya membuat anak memiliki kemampuan untuk memikirkan tentang pikiran, perasaan, motif, dan tingkah laku dirinya serta orang lain. Kemampuan memahami orang lain berpengaruh kuat terhadap minat anak untuk bergaul dan membentuk persahabatan dengan teman sebayanya. Selain itu, anak juga mempunyai motif untuk menjadi sama, sesuai, seragam dengan nilai-nilai kebiasaan, kegemaran atau budaya teman sebayanya.

Peran alam sekitar juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Keadaan alam yang berbeda akan berpengaruh pada perkembangan pola pikir dan kepribadian anak. Anak yang berdomisili di daerah pegunungan seperti di desa Lam Ara Eungkit kebanyakan bersifat keras dibanding anak dataran rendah. Anak yang berasal dari pegunungan biasanya fisiknya kuat dan tidak cepat lelah berbeda dengan orang kota yang cenderung lebih cepat lelah.

Pada intinya faktor hereditas dan faktor lingkngan saling berhubungan. Setiap faktor hereditas beroperasi dengan cara yang berbeda-beda menurut kondisi dan keadaan lingkunganyang berbeda-beda pula. Hereditas dan lingkungan sama-sama menyumbang bagi pertumbuhan dan perkembangan fisiologi dan tigkah laku individu. Pertumbuhan dan perkembangan memerlukan kondisi kesehatan jasmani dan rohani anak.

Dari seekor semut anak dapat belajar banyak hal sekaligus. Tak hanya soal biologi dan ilmu serangga, tapi juga ilmu sosial seperti kerjasama dan gotong royong. Mengajak anak menikmati dan mengamati alam dapat menjadi ritual yang menyehatkan, menyenangkan, dan menambah pengetahuan mereka. Kebersamaan orangtua dan anak dapat dibangun saat berjalan-jalan di Sawah. Bersamaan dengan itu orangtua dapat membahas dan mengkaitkan banyak hal dengan benda-benda yang ada di sawah, seperti serangga, rumput liar, pupuk, hama, burung, irigasi, sungai, dan pembibitan.

Menurut Winarini Wilman, PhD, psikolog dari UI, usia dua tahun merupakan fase pra-operasional anak untuk dapat memahami simbol, hubungan sebab akibat, bagaimana berempati dengan lingkungan, dan kesadaran kemampuan berpikir. Secara kognitif anak sudah bisa belajar apa pun dan menerima informasi secara konkret, termasuk belajar dari fenomena alam atau lingkungan sekitar.

Catur Nurrochman Oktavian, Kepala Sekolah sub preschool Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan, memaparkan, konsep belajar dari alam adalah mengamati fenomena yang terjadi secara nyata di lingkungan. Dan juga memanfaatkan apa yang tersedia di alam sebagai media belajar.

Belajar melalui pengalaman dan fenomena alam akan membuat kemampuan berpikir anak kian terangsang. Anak membayangkan kembali apa yang dilihatnya lalu mempertanyakannya. Segala keanekaragaman dan bahan pembentuk alam tidak dapat digantikan dengan bahan buatan manusia seperti rumput plastik. Anak tidak dapat menghentikan sensor momen mereka ketika melihat fenomena alam seperti kilauan sinar matahari menembus dedaunan, titik air di daun saat pagi hari (embun), suara dan gerakan pohon ketika ditiup angin, beragam warna menempel pada sayap kupu-kupu atau bereksperimen dengan air. Kelihatannya mungkin sepele tapi tidak bagi anak yang menganggap itu hal baru dan ajaib.

Seiring perkembangannya, anak-anak melakukan observasi di lapangan misalnya mengamati, menyentuh atau meraba dan menganalisa maka anak belajar mengenal apa yang ada di alam melalui semua inderanya. Anak punya cara yang unik dan eksperimental untuk mengenal dunia sebagai tempat indah, misterius dan ajaib. Sehingga lingkungan alam bisa berkaitan langsung dengan perkembangan anak dan caranya dengan perkembangan anak dan caranya mengeksplorasi sesuatu. Tumbuhan yang tumbuh di tanah, pasir dan air, merupakan sesuatu yang nyata dan bukan bohongan.

Anak-anak di desa Lam Ara Engkit berbaur dengan alam, menyatu dengan alam dan belajar dari alam. Di sawah dan ladang tempatnya mengukir canda dan tawa, tempat belajar sekaligus bermain dengan cara yang sederhana. Lingkungan memiliki peran penting dalam mewujudkan kepribadian anak, khususnya lingkungan keluarga. Kedua orang tua adalah lakon atau pemain dalam peran ini, baik lingkungan pra kelahiran maupun lingkungan pasca kelahairan adalah masalah yang tidak dapat dipungkiri lagi khususnya lingkungan keluarga, dan sedangkan lingkungan keluarga adalah basis awal bagi setiap manusia.
0 Komentar